Orang Indonesia yg Anti-Republik
Judul Buku :
Burung-burung Manyar
Penulis : Y.B.
Mangunwijaya
Penerbit : Kompas
Edisi : 2014
(terbit pertama kali pada tahun 1981)
Tebal : 406
halaman
Novel karangan Y.B. Mangunwijaya yg memberikan gambaran seorang
anak Indonesia yg lebih memilih bergabung dengan tentara Belanda (KNIL)
dibandingkan dengan tentara Indonesia bentukan Jepang. Kita akan dibawa dengan
pergolakan batin, dan percintaan tokoh
utama terhadap seorang wanita serta pandangannya terhadap Republik Indonesia.
Keluarganya hancur karena pergolakan yg terjadi di dalam negeri.
Sebuah novel yg menceritakan anak Indonesia yg masih keturunan
keraton bernama Setadewa dengan segala permasalahan hidup dan pilihan yg harus
ia ambil. Memiliki ayah keturunan ningrat yg menjadi tentara Belanda berpangkat
Letnan dan Ibunya yg asli Belanda. Akibat pergolakan yg terjadi di Indonesia
dengan adanya Jepang serta Belanda merubah hidup Setadewa. Saat Belanda masih
menguasai Hindia-Belanda (baca:Indonesia), keluarga Setadewa penuh dengan
kedamaian. Setadewa juga memiliki hubungan dengan Larasati atau Atik. Tetapi semua itu berubah semenjak Jepang
menginvansi Hindia-Belanda dan mengusir Belanda dari tanah Nusantara.
Novel ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama menceritakan
tentang masa kecil Setadewa serta Larasati. Pada bagian ini Setadewa
diceritakan bagaimana Setadewa bermain dan berteman dengan anak-anak bawahan
Ayahnya. Larasati, anak keturunan ningrat yg digambarkan suka dengan
burung-burung. Pada bagian dua ini, konflik, pergolakan batin, percintaan,
kehilangan, keputusan untuk meninggalkan Indonesia serta kesedihan yg dialami
oleh Setadewa serta Larasati. Bagian tiga bercerita bagaimana Setadewa menjadi
orang berhasil dan bertemu kembali dengan Larasati. Epilog yg mengejutkan.
Buku ini sangat mudah untuk dicerna dengan alur cerita yg mengalir
tepat serta berlatarbelakang di awal-awal kemerdekaan Indonesia. Membaca buku
ini, anda akan dibawa dengan sudut pandang yg berbeda dan sikap kritis, humor
yg sangat berbeda dengan cerita lainnya. Tokoh utama yg benci dengan Soekarno,
Hatta serta Sjahrir menjadikannya pemuda yg berbeda dengan pemuda Indonesia
lainnya. Lebih memilih menjadi tentara KNIL (Belanda) dari pada menjadi tentara
Indonesia bentukan Jepang (HEIHO atau PETA). Namun di sisi lain, Larasati lebih
memilih di pihak Indonesia dan menjadi sekretaris Sjahrir.
Tokoh utama yaitu Setadewa digambarkan sebagai seseorang yg penuh
dengan emosi setelah kehilangan kedua orang tuanya. Setadewa adalah seseorang
yg anti-republik, dan anti-jepang. Sedangkan Larasati seseorang yg cerdas dan
pandai berbicara serta sangat menyukai burung-burung. Kedua tokoh utama yg
diceritakan memilih jalan perjuangannya masing-masing.
Humor, sindiran, kritik dan gaya bahasa yg khas dituangkan oleh
Y.B. Mangunwijaya menjadikan cerita ini semakin bagus untuk dibaca. Terlebih
lagi penulis mampu membuat cerita dengan memilih perspektif yg unik yaitu lebih
memilih sudut pandang dari orang Indonesia yg memilih Belanda dibanding
Indonesia. Penulis juga membawa pandangan baru mengenai Republik Indonesia yg
baru merdeka dimata seorang tokoh utama Setadewa. Cinta antara Setadewa dan
Larasati yg tidak mungkin terjalin dikemas dengan sangat menarik. Akhir cerita
yg membuat kita terhenyak dan akhir cerita yg tidak bisa ditebak.
Penjelasan diatas memberikan gambaran sedikit mengenai buku novel
“Burung-burung Manyar”. Ciri khas penulis yg sangat kental di dalamnya serta
cerita yg begitu unik, unpredictable
serta epilog yg menawan dan mengejutkan. Akhirnya, buku ini menjadi sangat
layak untuk dibaca walaupun buku lama tetapi masih sangat bagus dan harus
dibaca serta dimiliki oleh siapa saja. Karena buku ini memberikan pandangan
terhadap suatu pilihan yg harus diambil oleh seseorang.
0 comments:
Posting Komentar